Selasa, 20 Agustus 2013

Klarifikasi Pendapat Tentang Bid'ahnya Berzikir Lisan dan Berjamaah Serta Indahnya Berzikir

Zikir merupakan ibadah yang sudah dikenal oleh kaum Muslim sejak zaman Rasullah Saw. Begitu banyak ayat Al-Qur’an dan Hadis yang menyerukan agar kaum Muslim berzikir di setiap kesempatan. Dengan bahasa yang indah rasullah Saw. berkata, “Basahilah lidahmu dengan dzikrullah.”
Seorang Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah pun senantiasa menghabiskan waktunya usai shalat subuh dengan berzikir hingga tengah hari. Beliau berkata,”Inilah sarapan pagiku. Kalau aku tidak sarapan, kekuatanku akan hilang.” Beliau sadar betul, hanya dengan zikirlah seorang hamba akan diingat di sisi Allah, sebagaimana yang yelah difirmankan-NYA dalam Surah Al-Baqarah ayat 152, “Karena itu, ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu, dan bersyukurlah kepadaku dan janganlah kamu mengingkari nikmatku.”

Persoalannya adalah apakah zikir itu boleh dilakukan secara berjamaah, atau hanya boleh dilakukan dengan sendiri-sendiri. Karena itu, bermacam tafsir terhadap pengertian majelis zikir atau halaqah zikir pun bermunculan. Lalu, ada juga perbedan pendapat soal apakah zikir itu boleh dilakukan dengan bersuara atau hanya dilakukan di dalam hati.
Silang pendapat mengenai hal itu sudah berlangsung selama ribuan tahun. Ada yang berkata sunah, ada pula yang berkata bid’ah. Masing-masing pendukung maju dengan dalilnya. Anehnya, mereka yang bersilang pendapat ini semuanya tampak sebagai orang-orang yang alim, ahli ibadah. Tetapi celakanya, di dalam memahami perbedaan pendapat ini, tak jarang mereka saling menghujat, saling mencemooh, bahkan saling mengafirkan satu sama lain.
Bagi orang awam, perbedaan pendapat ini tentu membuat mereka menjadi bingung. Akar bawah yang karena pengetahuan keagamaanya yang minim tentang ini biasanya taklid kepada sang guru sehingga kalangan merekalah yang biasanya juga lebih garang daripada sang guru dalam hal hujat-menghujat. Kenyataannya ini pada gilirannya dapat membuat orang gerah dengan apa yang dimanakan zikir. Ketidaktahuan orang awam, ditambah kekurang pahaman murid dan silang pendapat para ulama mengenai persoalan di atas makin menjauhkan orang berzikir. Padahal, zikir sejatinya meupakan pintu bagi seorang hamba untuk membentuk akhlak yang baik.
Bukankah kehidupan Rasullullah Saw. adalah zikir? Bukankah kehidupan para sahabat, tabi’in, tab’u tabi’in juga adalah zikir? Tak ada waktu yang tersisa dalam kehidupan mereka tanpa mengingat Allah. Mulai dari bangun malam, berdiri mendirikan shalat, bermunajat di keheningan malam, mecari nafkah, gidup bermasyarakat, berkeluarga, mendidik anak, belajar, sampai dengan hal-hal yang berhunungan denga tata cara atau adab keseharian, semuanya penuh dan dimulai dengan kalimat-kalimat zikir. Tak ada satu pun ajaran agama di dunia ini yang mengatur secara paripurna kehidupan manusia mulai dari lahirnya jabang bayi sampai wafat dengan zikir dan doa, kecuali Islam. Tak ada satu pun agama di dunia ini yang mengajarkan akhlak yang begitu sempurna, kecuali hanya Islam. Bukankah Rasullullah Saw. diutus untuk menyempurnakan akhlak?
Saudaraku, sungguh banyak oang yang keliru. Mereka mengira bahwa hal terpenting dalam agama adalah mempelajari fikih, menghafal Al-Qur’an, wirid tak henti-hentinya di majelis zikir, dan seterusnya mereka lupa bahwa tujuan utama dari semua ibadah (shalat, puasa, doa, zikir, zakat, haji, dan seterusnya) adalah membenahi akhlak. Kalau tidak, ibadahnya akan menjadi semacam latihan olahraga saja.
Oleh karena itu, kepada siapa saja, baik yang merasa dirinya ahli ibadah, ahli zikir, dan seterusnya marilah kita bercermin. Sudahilah silang pendapat yang menjurus ke arah perpecahan. Sedih rasanya kita melihat perseteruan yang terjadi di antara ulama, khususnya di seputar sunah atau bid’ah-nya zikir berjamaah, yang mulai menjurus saling mencemooh dan saling mengafirkan. Mereka seakan kehilangan jati diri, tak ada keteladanan yang patut dicontoh saat mereka bebeda pendapat. Dalam menyikapi perbedan, mestinya mereka meniru perilaku para imam empat, yang tetap mengutamakan silaturahim dan persaudaraan.
Orang-orang beriman berzikir dengan hatinya. Lisannya hanya menjadi jalan untuk zikirnya. Lisannya ikhlas berzikir karena Allah, tak ada sayapan-sayapan, karena itu berkah zikirnya akan samapi pada hatinya, lalu hiduplah hatinya dengan zikirtersebut. Saat itulah sesungguhnya, aktivitas zikirnya menjadi banyak. Karena hatinya lalu menerjemahkan zikir lisannya menjadi amal.
Mereka menjadi sangat ringan tangan dalalm membantu saudara-saudara dan tetangga-tetangganya yang susah. Air matanya mudah menetes melihat penderitaan dan kezaliman yang langsung disekitarnya. Hidupnya dideikasikan kepada umat, dia ingin berbuat seseuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Selalu merasa berdosa atas sikat dan perkataan yan di keluarkannya dia sellau melakukan kebaikan dan perbaikan dalam hidupnya.
Sesungguhnya zikir mereka adalah zikir lisan dan hati, keduanya menyatu, kemudian terkspresiakan dalam amal ibadah sehari-hari, sikap serta perilaku kesehariannya. Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi Musa a. S. bertanya kepada Allah SWT. “Tuhanku, apakah balasannya bagi orang-orang yang berzikir kepada Mu dengan lisan dan hatinya?” Allah Swt. berfirman,” Wahai Musa Aku akan melindunginya pada Hari Kiamat dengan naungan Arasy, dan Aku akan menjadikannya dibawah kekuasaan-Ku”
Nabi Musa a. S. bertanya lagi,” Tuhanku, siapakah hamba-Mu yang paling meugi?”Allah Swt. berfirman, “Orang yang tidak mengambil manfaat dari petuan dan rang yang tidak zikir kepada-Ku sewaktu sendirian.”
Zikir merupakan cara yang paling efektif untuk berdialog dengan Allah Swt. dan  hamb-Nya mampu scara aktik berpartisipasi dalam komunikasi dengan Allah Swt. Tentu saja kondisi spritual dari pikiran atau hati setiap orang akan berbeda dalam menerimanya bergantung dari kemajuan spritual yang dialaminya. Secara umum, zikir akan selalu melahirkan sifat al-muraqabah (perasaan selalu diawasi oleh Allah) sehingga akan memasukkan pelakunya ke pintu al-ihsan. Orang-orang yang lalai tentu tidak akan sampai ke derajat al-ihsan. Zikir juga akan melahirkan al-inabah (dorongan fiwa ingin selalu kembali kepada Allah) sehingga hanya Allahlah yang ditakuti dan tempat kembali serta berlindung.
Jadi, sangat naif jika masih ada orang yang gemar mebidahkan zikir. Bagaimana mereka memandang hadits yang diriwiyatkan oleh Amr bin’ Anbasah r.a ini. Beliau berkata Rasullah Saw. bersabda, “di sebelah kanan Tuhan yang yang Maharahman, begitu juga di hadapan-Nya, ada sekelompok manusia yang bukan para nabi dan bukan para syugada. Sinar wajahn mereka menyilaukan siapa saja yang melihatnya sehingga para nabi dan syuhada merasa iri atas kedudukan mereka dan dekatnya mereka di hadirat Allah Azza wa Jalla.”
Rasulullah Saw. ditanya,” Siapakah mereka itu, ya, Rasulullah?” Rasulullah Saw. menjawab,” Mereka adalah sekumpulan manusia dar berbagai kabilah yang berkumpul untuk melakukan zikir kepada Allah. Mereka memelihara ucapan-ucapan yang baik seperti halnya orang yang makan kurma menjaga dan memilih hanya kurma-kurma yang baik,”(HR Thabrani)
Dan bagaimana pula mereka menyikapi kisah dari Abdullah bin Busr r. A. Ini. Beliau berkata,”Sesungguhnya ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw., “Ya Rasulullah, perintah dalam syariat Islam ini banyak. Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang dapat kami jadikan amalan dan kesibukan.” Rasulullah Saw. bersabda,”Hendaklah kalian senantiasa membasahi lidah-lidahmu dengan dzikrullah.”
Kita masuki taman-taman  surga dengan berzikir. Ibnu Taimiyah berkata,”Sesungguhnya di dunia ada surga. Barang siapa tidak masuk ke dalam surga itu, dia tidak akan masuk ke dalm surga akhirat,”Ibnu Taimiyah ditanya,”Apakah yang dimaksud dengan surga dunia itu?” Beliau menjawab,”Majelis-majelis zikir.”

Pendapat ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, yang bertanya kepada Rasulullah Saw. aku bertanya kepada Rasulullah Saw.,”Apakah ghamimah majelis-majelis zikir?”Rasulullah Saw.,”Ghnimah mhelis zikir adalah surga,”(HR Amad). Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari bergantung dengan yang selain-Mu. Jadikan kami masuk ke dalam golongan orang-orang yang Enkau ridai. Ampunilah kami, juga kedua orangtua kam, dan semua orang-orang Islam. Semoga Allah merahmati Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan para sagabatnya. Segala puji bagi dan milik Allah, Rabb Semesta Alam!

Tidak ada komentar: