Zikir
merupakan ibadah yang sudah dikenal oleh kaum Muslim sejak zaman Rasullah Saw.
Begitu banyak ayat Al-Qur’an dan Hadis yang menyerukan agar kaum Muslim
berzikir di setiap kesempatan. Dengan bahasa yang indah rasullah Saw. berkata,
“Basahilah lidahmu dengan dzikrullah.”
Seorang
Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah pun senantiasa menghabiskan waktunya usai shalat
subuh dengan berzikir hingga tengah hari. Beliau berkata,”Inilah sarapan
pagiku. Kalau aku tidak sarapan, kekuatanku akan hilang.” Beliau sadar betul,
hanya dengan zikirlah seorang hamba akan diingat di sisi Allah, sebagaimana
yang yelah difirmankan-NYA dalam Surah Al-Baqarah ayat 152, “Karena itu,
ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu, dan bersyukurlah kepadaku dan
janganlah kamu mengingkari nikmatku.”
Persoalannya
adalah apakah zikir itu boleh dilakukan secara berjamaah, atau hanya boleh
dilakukan dengan sendiri-sendiri. Karena itu, bermacam tafsir terhadap
pengertian majelis zikir atau halaqah zikir pun bermunculan. Lalu, ada juga
perbedan pendapat soal apakah zikir itu boleh dilakukan dengan bersuara atau
hanya dilakukan di dalam hati.
Silang
pendapat mengenai hal itu sudah berlangsung selama ribuan tahun. Ada yang
berkata sunah, ada pula yang berkata bid’ah. Masing-masing pendukung maju
dengan dalilnya. Anehnya, mereka yang bersilang pendapat ini semuanya tampak
sebagai orang-orang yang alim, ahli ibadah. Tetapi celakanya, di dalam memahami
perbedaan pendapat ini, tak jarang mereka saling menghujat, saling mencemooh,
bahkan saling mengafirkan satu sama lain.
Bagi
orang awam, perbedaan pendapat ini tentu membuat mereka menjadi bingung. Akar
bawah yang karena pengetahuan keagamaanya yang minim tentang ini biasanya
taklid kepada sang guru sehingga kalangan merekalah yang biasanya juga lebih
garang daripada sang guru dalam hal hujat-menghujat. Kenyataannya ini pada
gilirannya dapat membuat orang gerah dengan apa yang dimanakan zikir.
Ketidaktahuan orang awam, ditambah kekurang pahaman murid dan silang pendapat
para ulama mengenai persoalan di atas makin menjauhkan orang berzikir. Padahal,
zikir sejatinya meupakan pintu bagi seorang hamba untuk membentuk akhlak yang
baik.
Bukankah
kehidupan Rasullullah Saw. adalah zikir? Bukankah kehidupan para sahabat,
tabi’in, tab’u tabi’in juga adalah zikir? Tak ada waktu yang tersisa dalam kehidupan
mereka tanpa mengingat Allah. Mulai dari bangun malam, berdiri mendirikan
shalat, bermunajat di keheningan malam, mecari nafkah, gidup bermasyarakat,
berkeluarga, mendidik anak, belajar, sampai dengan hal-hal yang berhunungan
denga tata cara atau adab keseharian, semuanya penuh dan dimulai dengan
kalimat-kalimat zikir. Tak ada satu pun ajaran agama di dunia ini yang mengatur
secara paripurna kehidupan manusia mulai dari lahirnya jabang bayi sampai wafat
dengan zikir dan doa, kecuali Islam. Tak ada satu pun agama di dunia ini yang
mengajarkan akhlak yang begitu sempurna, kecuali hanya Islam. Bukankah
Rasullullah Saw. diutus untuk menyempurnakan akhlak?
Saudaraku,
sungguh banyak oang yang keliru. Mereka mengira bahwa hal terpenting dalam
agama adalah mempelajari fikih, menghafal Al-Qur’an, wirid tak henti-hentinya
di majelis zikir, dan seterusnya mereka lupa bahwa tujuan utama dari semua
ibadah (shalat, puasa, doa, zikir, zakat, haji, dan seterusnya) adalah
membenahi akhlak. Kalau tidak, ibadahnya akan menjadi semacam latihan olahraga
saja.
Oleh
karena itu, kepada siapa saja, baik yang merasa dirinya ahli ibadah, ahli
zikir, dan seterusnya marilah kita bercermin. Sudahilah silang pendapat yang
menjurus ke arah perpecahan. Sedih rasanya kita melihat perseteruan yang
terjadi di antara ulama, khususnya di seputar sunah atau bid’ah-nya zikir
berjamaah, yang mulai menjurus saling mencemooh dan saling mengafirkan. Mereka
seakan kehilangan jati diri, tak ada keteladanan yang patut dicontoh saat
mereka bebeda pendapat. Dalam menyikapi perbedan, mestinya mereka meniru
perilaku para imam empat, yang tetap mengutamakan silaturahim dan persaudaraan.
Orang-orang
beriman berzikir dengan hatinya. Lisannya hanya menjadi jalan untuk zikirnya.
Lisannya ikhlas berzikir karena Allah, tak ada sayapan-sayapan, karena itu
berkah zikirnya akan samapi pada hatinya, lalu hiduplah hatinya dengan
zikirtersebut. Saat itulah sesungguhnya, aktivitas zikirnya menjadi banyak.
Karena hatinya lalu menerjemahkan zikir lisannya menjadi amal.
Mereka
menjadi sangat ringan tangan dalalm membantu saudara-saudara dan
tetangga-tetangganya yang susah. Air matanya mudah menetes melihat penderitaan
dan kezaliman yang langsung disekitarnya. Hidupnya dideikasikan kepada umat,
dia ingin berbuat seseuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Selalu merasa
berdosa atas sikat dan perkataan yan di keluarkannya dia sellau melakukan
kebaikan dan perbaikan dalam hidupnya.
Sesungguhnya
zikir mereka adalah zikir lisan dan hati, keduanya menyatu, kemudian
terkspresiakan dalam amal ibadah sehari-hari, sikap serta perilaku
kesehariannya. Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi Musa a. S. bertanya kepada
Allah SWT. “Tuhanku, apakah balasannya bagi orang-orang yang berzikir kepada Mu
dengan lisan dan hatinya?” Allah Swt. berfirman,” Wahai Musa Aku akan
melindunginya pada Hari Kiamat dengan naungan Arasy, dan Aku akan menjadikannya
dibawah kekuasaan-Ku”
Nabi
Musa a. S. bertanya lagi,” Tuhanku, siapakah hamba-Mu yang paling meugi?”Allah
Swt. berfirman, “Orang yang tidak mengambil manfaat dari petuan dan rang yang
tidak zikir kepada-Ku sewaktu sendirian.”
Zikir
merupakan cara yang paling efektif untuk berdialog dengan Allah Swt. dan hamb-Nya mampu scara aktik berpartisipasi
dalam komunikasi dengan Allah Swt. Tentu saja kondisi spritual dari pikiran
atau hati setiap orang akan berbeda dalam menerimanya bergantung dari kemajuan
spritual yang dialaminya. Secara umum, zikir akan selalu melahirkan sifat
al-muraqabah (perasaan selalu diawasi oleh Allah) sehingga akan memasukkan
pelakunya ke pintu al-ihsan. Orang-orang yang lalai tentu tidak akan sampai ke
derajat al-ihsan. Zikir juga akan melahirkan al-inabah (dorongan fiwa ingin
selalu kembali kepada Allah) sehingga hanya Allahlah yang ditakuti dan tempat
kembali serta berlindung.
Jadi,
sangat naif jika masih ada orang yang gemar mebidahkan zikir. Bagaimana mereka
memandang hadits yang diriwiyatkan oleh Amr bin’ Anbasah r.a ini. Beliau
berkata Rasullah Saw. bersabda, “di sebelah kanan Tuhan yang yang Maharahman,
begitu juga di hadapan-Nya, ada sekelompok manusia yang bukan para nabi dan
bukan para syugada. Sinar wajahn mereka menyilaukan siapa saja yang melihatnya
sehingga para nabi dan syuhada merasa iri atas kedudukan mereka dan dekatnya
mereka di hadirat Allah Azza wa Jalla.”
Rasulullah
Saw. ditanya,” Siapakah mereka itu, ya, Rasulullah?” Rasulullah Saw. menjawab,”
Mereka adalah sekumpulan manusia dar berbagai kabilah yang berkumpul untuk
melakukan zikir kepada Allah. Mereka memelihara ucapan-ucapan yang baik seperti
halnya orang yang makan kurma menjaga dan memilih hanya kurma-kurma yang
baik,”(HR Thabrani)
Dan
bagaimana pula mereka menyikapi kisah dari Abdullah bin Busr r. A. Ini. Beliau
berkata,”Sesungguhnya ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw., “Ya
Rasulullah, perintah dalam syariat Islam ini banyak. Beritahukanlah kepada kami
sesuatu yang dapat kami jadikan amalan dan kesibukan.” Rasulullah Saw.
bersabda,”Hendaklah kalian senantiasa membasahi lidah-lidahmu dengan
dzikrullah.”
Kita
masuki taman-taman surga dengan berzikir.
Ibnu Taimiyah berkata,”Sesungguhnya di dunia ada surga. Barang siapa tidak
masuk ke dalam surga itu, dia tidak akan masuk ke dalm surga akhirat,”Ibnu
Taimiyah ditanya,”Apakah yang dimaksud dengan surga dunia itu?” Beliau
menjawab,”Majelis-majelis zikir.”
Pendapat
ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, yang
bertanya kepada Rasulullah Saw. aku bertanya kepada Rasulullah Saw.,”Apakah
ghamimah majelis-majelis zikir?”Rasulullah Saw.,”Ghnimah mhelis zikir adalah
surga,”(HR Amad). Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari bergantung dengan yang
selain-Mu. Jadikan kami masuk ke dalam golongan orang-orang yang Enkau ridai.
Ampunilah kami, juga kedua orangtua kam, dan semua orang-orang Islam. Semoga
Allah merahmati Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan para sagabatnya. Segala puji
bagi dan milik Allah, Rabb Semesta Alam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar