Selasa, 20 Agustus 2013

Alangkah Indahnya Menguasai Emosi Menurut Al-Qur'an

Manusia, memang sulit menyadari akan kebaikan Allah yang ada pada keinginan yang tidak berhasil mereka wujudkan dan tidak tercapainya berbagai keinginana itu justru boleh jadi akan membuktikan nilai-nilai iman mereka yang sebenarnya. Karena boleh jadi seorang pria merasa sedih tertinggal kereta api yang akan mengatarnya ke sebuah tujuan di negara lain. Lalu ia menganggapnya sebagai takdir yang buruk. Namun ketika ia mendengar kabar bahwa kereta tersebut mengalmi  kecelakaan
,  dan banyak korbannya yang berjatuhan, ia merasa lega, dan menganggapnya sebagai takdir baik yan g menelongnya, hingga membuatnya terhindar dari kereta api maut tersebut.
Hal ini banyakterjadi setiap hari. Kita semua selalu menemukan secara kebetulan berbagai keadaan sepeti itu. Namun kita sering lupa dan kembali bersedih dan berdukiaterhadap sesuatu yang gagal kita dapatkan, terutama yang terkait masalah rezeki. Jika manusia yakin bagwarezeki itu sudahy ada bagiannya masing-masing, niscahya dia akan merasa lega dan nyaman. Dia akan mengetahui dalam keterbatasannya banyak sekali anugerah Allah Swt, dan tak seorangpun yang keluar dari naungan pertolongan Allah Swt. bukankah Allah Swt berfirman,
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya...” (QS. Hud:6)
“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka”(QS. Az Zukhruf:32)
Manusia  tidak akan mampu meraih sesuatu yang tidak ditakdirkan untuknya. Namun meski begitu, jiwa manusia tetap saja sangat berambisi dan sangat merindukan kenikmatan dunia.
Di dunia kita; kehidupan modern ini, banyak terjadi krisis, dan terjadi berbagai benturan materialistis, hingga fenomena positif manusia yang tercitra. Hingga meskipun merasa berputar-putar di alam kesengsaraan. Ketika kita berada pada puncak benturan, kita merasa bawaha kebahagiaan adalah masalah kesempatan (peluang), atau kebahagiaan itu hanya seperti percikan apai yang berkilau, yang kemudian padam dan musnah. Kebagaiaan pada kebanyakan orang ditentukan oleh potensi-potensi materi dan tingkat-tingkat kemakmuran. Dari situ, membesarlah nilai-nilai materi, dan materi menjadi kesenjangan sosial dia antara manusia di ssepanjang siang, yang membeuat tubuh mereka terkapar pingsan dimalam hari. Kehidupan seperti ini banyak membunuh nilai-nilai kemanusiaan, akhlak, dan tradisi.
Di dalam kehidupan kita sehari-hari selaludipenuhi oleh kerusakan, yang menunjukkan benturan-benturan yang kita alami, seperti:sogok, perampasan, penumbunan barang, pencurian dan, keruwetan di sekitar jabatan-jabatan pementah dan kekuasaan, serta berbagai fenomna aneh yang tak terbatas, seperti; perselingkuhan suami isteri, pembunuhan antara suami isteri, dll.

Mereka adalah ‘pelaku’ sekaligus ‘korban’ emosi yang tak terkontrol. Tidak ada seorangpun yang mengharapkan kesengsaraan. Mereka selalu berusaha mencari kebahagiaan;ada yang mencarinya pada harta semata, ada juga memburunya pada jabatran dan kekuasaan, ada juga yang menganggap kebagiaan itu adalah kelezatan-kelezatan fisik. Namun akhirnya mereka hanya mendapat kesengsaraan saja.

Tidak ada komentar: