Selasa, 20 Agustus 2013

Ketika Masa Laluku Membentuk Akhlakku dijalannya Allah SWT

          
Pagi itu terasa tidak seperti biasa ketika aku pulang dari sekolahku dari SD Manggis begitu para nenekku dan orang tua yang lain menyebut SD ku itu. Ibuku datang menghapiriku setelah sekian lama ibu pergi mencari nafkah aku sangat terkejut ketika ibu mengajakku pindah ke kota Medan. Aku tidak mengerti mengapa ibuku mengajakku pindah ke kota Medan ini. Dan ibuku pun memberitahu kepada semua saudaranya bahwa dia sudah menikah. Keluarga besar ibuku tidak ada yang setuju dengan pernikahan itu tentunya, karena kami semua masih kecil semua ditambah
ayah meninggal baru 3 tahun yang lalu. Memang ayahku adalah seorang lelaki yang tampan dan kisahnya terlalu kelam, aku akan menceritakan tentang kisah ayahku.
          Ayahku adalah seorang lelaki yang berkarismatik, semua orang mengatakan itu bahkan orang yang tidak aku kenal mengatakan hal seperti itu. Pernah aku hendak pergi ke suatu tempat dengan memakai motor pinjaman yang aku pinjam dari temanku. Tiba-tiba ban motor itu bocor, dan aku hendak mendorongnya ke tempel ban terdekat. “udak tempel jolo bah” sahutku dalam bahasa Indonesianya om tempelin ban saya, saya adalah orang yang bermarga Lubis yang tinggal di provinsi Sumatera Utara tepatnya di Padangsidempuan. Padangsidempuan adalah kota yang asri sejuk dan tentram, Padandsidempuan juga disebut dengan kota Salak karena Padangsidempuan mempunyai perkebunan salak terbesar sehingga padangsidempuan disebut kota salak. “Alak dia doho?” tanya om yang sedang menempel sepeda motor om itu bertanya tentang asal ku, “alak Rajawali udak” sahutku. Rajawali adalah nama daerah tempat tinggal ayahku sejak kecil sampai akhir hayatnya. “anak nise maho disi?” sahutnya lagi dengan pertanyaan siapa nama orangtuamu disana, aku pun menjawabnya. “anak ni mandiang Zakaria udak” sahutku kembali. Dia menghentikan pekerjaannya sejenak dengan mengucapkan kata kotor, memang di kampungku itu kata kotor “bujangmu!’ sahutnya memang kata-kata seperti itu memang sudah biasa di ucapkan semua orang tanpa mengenal usia, itulah hal yang sudah membudaya di kampung halamanku tersebut.
          Dan si om tadi menceritakan kisah ayahku bersamanya, memang aku sudah banyak mendapatkan kisah cerita ayahku dari banyak orang, mulai dari tetangga orangtua yang dulu pernah teman beliau, nenekku yang merupakan tante beliau, tentunya dari ibuku, saudara-saudaraku yang pernah sempat hidup bersama beliau, semua ceritanya sama yaitu tentang kebandelan beliau.



Tidak ada komentar: